Alami Menopause, Apa Masih Bisa Berhubungan Seksual? Begini Kata Dokter

Menopause adalah kondisi berakhirnya masa reproduksi wanita. Setelah menopause, wanita tidak lagi bisa hamil. Namun, apakah wanita menopause masih bisa berhubungan seks?

Terkait hal ini, Dokter spesialis obstetri dan ginekologi, dr Ni Komang Yeni Dhana Sari, SpOG beri penjelasan. Menurutnya perempuan yang mengalami menopause diperbolehkan melakukan hubungan seksual. Tanda Tekanan Darah Tinggi pada Ibu hamil yang Bisa Dilihat Apa Saja? Ini Kata Dokter

Apa Arti Kata Black Dick dalam Bahasa Gaul? Berhubungan Dengan Bagian Sensitif Pria Pendarahan Usai Berhubungan Seksual, Waspada Tanda Kanker Serviks Apa Arti Kata White, Brown, dan Pink Noise? Suara yang Bisa Membantu Tidur, Begini Cara Kerjanya

Bolehkan Suami Istri Berhubungan Badan di Waktu Adzan Dikumandangkan? Begini Kata Ustaz Abdul Somad Pukul 6 Pagi Apa Masih Bisa Shalat Subuh? Ini Kata Ustadz Abdul Somad soal Batas Waktu Sholat Subuh Bagaimana Hukum Suami Istri yang Telah Jatuh Talak tapi Masih Berhubungan Badan? Ini Kata Buya Yahya

Tertarik Suntik Infus Whitening? Ini Kata Dokter Soal Efek Sampingnya, Bisa Memicu Gangguan Ginjal Namun, memang saat seorang perempuan alami menopause, organ keintiman bisa terpengaruh karena penurunan hormon estrogen dan progestero. Sehingga saat berhubungan, bisa terjadi kekeringan pada organ kewanitaan.

"Selain itu mungkin sering (merasa) gatal, nyeri hebat saat peneterasi karena peregangan kekenyalan sudah berkurang. Apa bila penetrasi, nyeri luar biasa," kelas. Lebih lanjut, untuk menghadapi menopause, perempuan perlu melakukan beberapa persiapan. "Ini tidak bisa dihindari, paling penting bagaimana penerimaan kita bahwa kita memang sudah memasuki usia itu. Tidak perlu menyangkal," imbaunya.

Lakukan persiapan pada fase menopause dengan berolahraga dan positif mental attidue. "Bantu dengan yoga, untuk membatasi kecemasan. Mengurangi kecemasan dengan makan bergizi," ajaknya. Terakhir, jika terjadi keluhan berat konsultasikan pada dokter.

Apakah perlu atau kontra indikasi terapi hormon pengganti. "Kalau tidak ada kontra indikasi tentunya akan diberikan untuk mengurangi gejala dirasakan," tutup dr Yeni. Artikel ini merupakan bagian dari

KG Media. Ruang aktualisasi diri perempuan untuk mencapai mimpinya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *